takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk
Rakaattersebut tetap diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, kemudian anda lengkapi dengan sujud sahwi. Bila di dalam solat timbul keraguan tentang jumlah rakaat maka ambillah jumlah rakaat yang sedikit lalu yakinlah dengan itu (Misalnya bila kita lupa apakah sudah empat rakaat atau baru tiga rakaat, maka ambilah keputusan
Niatjuga bukan termasuk syarat dalam shalat sama seperti menutup aurat. Wanita dzimmi istri seorang Muslim yang haidnya berhenti juga tidak diwajibkan mandi; [4] dan niat teresbut harus dilakukan ketika takbiratul ihram. Namun apabila sujud tilawah tersebut dilakukan dalam shalat, maka niatnya cukup dalam hati tidak perlu diucapkan dengan
HukumSujud Tilawah Sujud tilawah adalah sunat menurut pendapat jumhur ulama. Manakala Imam Abu Hanifah (Imam mazhab Hanafi) berkata bahawa sujud tilawah itu wajib sama ada ke atas pendengar atau pembaca. Hukum sunat ini bersandarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Syaikhain (Al-Bukhari dan Muslim) daripada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma
Yangdimaksud takbiratul ihram adalah ucapan Allahu Akbar yang tidak bisa diganti dengan ucapan lain meskipun memiliki arti yang sama seperti Allahu A'dzam, Arrohmanu Akbar dsb. Sama seperti I'tidal, duduk di antara dua sujud termasuk rukun pendek dalam sholat.Memanjangkannya melebihi dzikir masyru' menyamai panjangnya tasyahhud dapat
Syaratsyarat sujud tilawah di luar shalat samsa dengan syarat shalat yaitu suci dari hadats dan najis, menutup aurat dan menghadap kiblat. Rukun-rukun sujud tilawah di luar shalat ada 7, yaitu : niat, takbirotul ihram, sujud, tuma'ninah, duduk, salam dan tertib. Tata cara sujud tilawah di luar shalat : berdiri lalu takbirotul ihram disertai
Rencontre Femme De L Est En France. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk? Rukun Syarat Sunnah Wajib Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah A. Rukun. Dilansir dari Ensiklopedia, takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk Rukun. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Rukun adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban B. Syarat adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. [irp] Menurut saya jawaban C. Sunnah adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. Wajib adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. Rukun. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk .......1. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk .......2. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk.....3. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk4. berikut adalah rukun sujud tilawah kecuali a niat B Takbiratul Ihram c sujud d rukuk5. cara sujud tilawah diluar shalat adalah membaca takbir lalu sujud duduk dan salam B membaca takbir lalu sujud dua kali C membaca Takbiratul Ihram lalu sujud D membaca takbir lalu rukuk dan sujud6. Shalat adalah ibadah kepada Allah SWT berupa gerakan dan bacaan yang diawali dengan takbiratul ihramdan diakhiri dengan salam. Shalat harus memenuhi syarat dan rukunnya. Berikut ini yang termasuk rukunshalat adalah ....A. niat, takbiratul ihram dan membaca surat dalam al-Qur'anB. takbiratul ihram, membaca do'a iftitah dan Surat al-FatihahC. takbiratul ihram, sujud, dan duduk tasyahud awalD. takbiratul ihram, ruku, dan sujud7. Seorang imam melakukan sujud tilawah maka hendaknya makmum melakukan..... a. takbiratul ihramb. rukuc. i’tidald. sujud8. yang termasuk syarat sujud tilawah adalah ...niattakbiratul ihrammenutup auratsujud9. 19. Kalimat di bawah ini yang bukan termasuksyarat sujud tilawah adalah ....a. takbiratul dari hadas dan mendengar ayat sajdah10. 7. Ahmad ketika masuk masjid hendak mengikutishalat jamaah, imam dan makmum yang lainsedang dalam posisi sujud. Hal yang harusdilakukan Ahmad adalah ....a. takbiratul ihram kemudian langsung sujudbersama imam dan makmum yang lainb. menunggu imam dan makmum berdiri,kemudian takbiratul ihram lalu mengikutishalat berjamaahC. langsung sujud tanpa takbiratul ihramd. takbiratul ihram kemudian membaca alfatihah, rukuk kemudian dilanjutkandengan i'tidal dan sujud dengan gerakanyang cepat11. Yang tidak termasuk syarat sujud tilawah adalah a. Menutup aurat b. Takbiratul ihram c. Menghadap kiblat d. Suci dari hadats & najis12. takbiratul ikhram dalam sujud tilawah termasuk?13. jika makmun masbuk mendapati imam dalam posisi sujud maka setelah takbiratul ihram makmun harus segera...... takbitatul imam takbiratul al fatihah14. 19. Berikut yang tidak termasuk rukun sujud tilawah di luar shalat adalah a. niat b b. sujud c. takbiratul ihram d. suci dari hadas dan najis15. cara sujud tilawah diluar shalat adalah membaca takbir lalu sujud duduk dan salam B membaca takbir lalu sujud dua kali C membaca Takbiratul Ihram lalu sujud D membaca takbir lalu rukuk dan sujud16. 3832 Amir ketika masuk masjid hendakmengikuti shalat Jamaah, imam danmakmum yang lain sedang dalam posisisujud, hal yang harus dilakukan AmiradalahA Takbiratul ihram kemudian langsungsujud hersama imam dan makmumyang lainB. Menunggu im dan makmum berdiri,kemudian takbiratul ihram lalu mengikutishalat berjamaahC. Langsung sujud tanpa takbiratul ihramD. Takbiratul ihram kemudian membaca AlFatihah, rukuk kemudian dilanjutkandengan I'tidal dan sujud dengan gerakanyang cepat3917. jika makmum masbuk mendapati imam dalam posisi sujud maka setelah takbiratul ihram makmum harus segera... a. tetap takbiratul ihram. b. ikut sujud. c. menunggu imam takbiratul ihram kembali. d. membaca Al-Fatihah. 18. Berikut Yang Termasuk Rukun Sujud Tilawah AdalahaSuci Dari NajisbMenutup AuratcMenghadap KiblatdTakbiratul Ihram19. takbiratul ihram dalam sujud syukur termasuk20. tulislah bacaan takbiratul ihram rukuk dan sujud 1. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk .......JawabanRukun sujud tilawahPenjelasansemoga membantuJawabanMATA PELAJARAN PAI DAN BPrukun sujud tilawah 2. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk.....rukun sujud tilawahsemoga membantu 3. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasukJawabanRukunPenjelasan 4. berikut adalah rukun sujud tilawah kecuali a niat B Takbiratul Ihram c sujud d rukukJawaband. rujuk Penjelasankarena rukun sujud tilawah sujud sajadah 1. niat2. takbiratul ihram3. sujudwaktu sujud tilawah ketika seseorang mendengar/membaca ayat sajadah 5. cara sujud tilawah diluar shalat adalah membaca takbir lalu sujud duduk dan salam B membaca takbir lalu sujud dua kali C membaca Takbiratul Ihram lalu sujud D membaca takbir lalu rukuk dan sujudJawabanD. Membaca takbir lalu rukuk dan sujudPenjelasanSEMOGAMEMBANTUJawabanA. Takbiratul IhramlaluSujuddanSalamPenjelasanPenjelasannyacaridi GoogleJawabanA. NIAT, TAKBIRATUL IHRAM DAN MEMBACA SURAT DALAM AL QUR'AN MAAF KALAU SALAH 7. Seorang imam melakukan sujud tilawah maka hendaknya makmum melakukan..... a. takbiratul ihramb. rukuc. i’tidald. sujudJawabandPenjelasanJika imam melakukan sujud tilawah, maka makmum pun harus mengikuti. Sedangkan jika imam tidak sujud, maka makmum tidak boleh sujud sendiri. Sedangkan sujud tilawah di luar shalat hanya disunahkan jika orang yang membaca ayat sajdah itu imam melakukan sujud tilawah maka hendaknya makmum melakukan..... a. takbiratul ihramb. rukuc. i’ jika imam melakukan rukuk maka makmum juga melakukan rukuk karna semua itu tergantung imamnya Jadikan jawaban tercerdas☑JawabanYg termasuk syarat sujud tilawah adalah menutup aurat 9. 19. Kalimat di bawah ini yang bukan termasuksyarat sujud tilawah adalah ....a. takbiratul dari hadas dan mendengar ayat sajdahJawaban Ikhramsemoga membantu.. 10. 7. Ahmad ketika masuk masjid hendak mengikutishalat jamaah, imam dan makmum yang lainsedang dalam posisi sujud. Hal yang harusdilakukan Ahmad adalah ....a. takbiratul ihram kemudian langsung sujudbersama imam dan makmum yang lainb. menunggu imam dan makmum berdiri,kemudian takbiratul ihram lalu mengikutishalat berjamaahC. langsung sujud tanpa takbiratul ihramd. takbiratul ihram kemudian membaca alfatihah, rukuk kemudian dilanjutkandengan i'tidal dan sujud dengan gerakanyang cepatJawabana. Takbiratuln ihram kemudian langsung sujud bersama iman dam makmum yang lainPenjelasanDalam masbuq, seseorang melakukan takbiratul ihram kemudian mengikuti apa yang didapati dari imam. JawabanA. takbirotul ikhrom kemudian langsung sujud bersama imam dan makmum yang kalo salahJawabanb. takbiratul ihramPenjelasanmaaf jika salah 12. takbiratul ikhram dalam sujud tilawah termasuk? termasuk sujud terahir tilawah jika makmun masbuk mendapati imam dalam posisi sujud maka setelah takbiratul ihram makmun harus segera......yaitu karena saat makmum posisi sujud kita tertinggal maka kita awali dengan takbiratul ihram langsung makmum masbuq mendapati imam dalam posisi sujud maka setelah takbiratul ihram makmum harus segera...Penjelasan =Jawabannya ialah B. Ikut sujud alasan mengapa ikut sujud karena pada saat makmum datang shalat berjamaah namun imam sedang sujud maka makmum berniat , takbiratul ihram dan langsung sujud bersama iman pada saat imam menutup shalat dengan salam makmum berdiri lagi untuk menambah kekurangan rakaat yang belum selesai dan shalat itu dikatakan sah- Semoga Membantu ^_^ 14. 19. Berikut yang tidak termasuk rukun sujud tilawah di luar shalat adalah a. niat b b. sujud c. takbiratul ihram d. suci dari hadas dan najisJawabanD. suci dari hadas dan najisPenjelasankarena suci dari hadas dan najis tidak termasuk rukun sujud tilawah di luar shalat. melainkan syarat melakukan sujud tilawah di luar 15. cara sujud tilawah diluar shalat adalah membaca takbir lalu sujud duduk dan salam B membaca takbir lalu sujud dua kali C membaca Takbiratul Ihram lalu sujud D membaca takbir lalu rukuk dan sujudJawabanB membaca takbir lalu sujud dua kali 16. 3832 Amir ketika masuk masjid hendakmengikuti shalat Jamaah, imam danmakmum yang lain sedang dalam posisisujud, hal yang harus dilakukan AmiradalahA Takbiratul ihram kemudian langsungsujud hersama imam dan makmumyang lainB. Menunggu im dan makmum berdiri,kemudian takbiratul ihram lalu mengikutishalat berjamaahC. Langsung sujud tanpa takbiratul ihramD. Takbiratul ihram kemudian membaca AlFatihah, rukuk kemudian dilanjutkandengan I'tidal dan sujud dengan gerakanyang cepat39Jawabanb. Menunggu imam dan makmum berdiri. Jawaban sujud tanpa takbiratul ihramKarena kata guru saya kalau mau ikut imam sholat tapi ketinggalan harus tetap ikuti gerakan imam misalnya kalau imam lagi sujud maka makmum yang ketinggalan harus sujud mengikuti salam baru melakukan gerakan yang belum dilakukan gak jawab asal kokPenjelasanSemoga membantu sujudSemoga MembantuB. Ikut sujudSemoga membantuJawaband. Takbiratul ihramPenjelasansemoga membantu 19. takbiratul ihram dalam sujud syukur termasukJawabanrukun fi'liPenjelasanmaaf klo salah dan smoga membantuJawabanrukun fiLI Penjelasanapabila rukun ini terlupa maka harus di ganti dengan sujud syahwi..yaitu sujud yang di lakukan ketika lupa ..semoga bermanfaatdanmembantusahabat2janganlupalikedanfollow yaterimakasihsahabat 20. tulislah bacaan takbiratul ihram rukuk dan sujudJawabanAllahuakbar Ruku' Subhana Rabbial Adziimi WabihamdihAllahuakbarSujud Subhana Rabbial Aqla Wabihamdihmaaf klo slh
BEBERAPA HUKUM SEPUTAR SUJUD TILAWAH DALAM SHALATOleh Ustadz Kholid Syamhudi, LcSujud Tilâwah merupakan salah satu sujud yang disyariatkan dalam Islam bagi yang membaca ayat-ayat sajdah dan yang mendengarkannya. Kalau kita melihat keadaan orang yang membaca dan mendengar ayat-ayat sajdah maka tidak lepas dari dua keadaan; membaca atau mendengarnya dalam shalat atau diluar beberapa permasalahan terkait sujud tilawah dalam shalat, diantaranyaHukum Imam Membaca Ayat-ayat Sajadah Dalam Shalat Jahriyah. Para Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini menjadi dua pendapatPertama Pendapat yang menyatakan disyariatkan dan dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajdah dalam shalat, baik shalat wajib maupun shalat nâfilah sunnah agar melakukan sujud tilâwah. Ini pendapat mayoritas Ulama, diantaranya madzhab Hanafiyah[1], Syâfi’iyyah[2], Hanabilah[3], Zhâhiriyah[4] dan riwayat Abdullah bin Wahb dari Mâlik[5].Mereka berargumentasi dengan beberapa dalil, diantaranya 1. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الجُمُعَةِ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِDahulu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di hari Jum’at saat shalat Shubuh membaca surat Sajdah dan al-Insân [HR. Al-Bukhâri no. 891]2. Hadits Abu Raafi’ beliau berkataصَلَّيْتُ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ الْعَتَمَةَ فَقَرَأَ إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ فَسَجَدَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِى الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُAku shalat Isya’ shalat atamah bersama Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , lalu Beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca “idzas samâ’un syaqqat”, kemudian Beliau Shallallahu alaihi wa sallam sujud. Lalu Abu Rafi’ bertanya pada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , “Apa ini?” Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qâsim Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rafi’ mengatakan, “Aku tidak pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat itu.” [HR. Al-Bukhâri no. 768 dan Muslim no. 578]3. Amalan ini sudah ada dari sejumlah ahli fikih dari kalangan Shahabat seperti Umar bin al-Khathab Radhiyallahu anhu, Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu dan tidak diketahui ada yang menyelisihi Dimakruhkan membaca ayat-ayat sajadah dalam shalat fardhu, sedangkan dalam shalat nâfilah tidak dimakruhkan. Ini merupakan pendapat imam Mâlik dalam satu riwayat yang menjadi pendapat madzhab ini berargumen dengan dua alasan 1. Apabila tidak sujud maka masuk dalam ancaman yang diisyaratkan dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala وَاِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْاٰنُ لَا يَسْجُدُوْنَDan apabila al-Qur’ân dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, [Al-Insyiqâq/8421]Apabila sujud berarti menambah jumlah sujudnya[6].2. Hal ini mengakibatkan orang yang dibelakang imam bingung dan salah, karena hal ini perkara yang tidak biasa dalam shalat.[7]Pendapat yang Rajih Pendapat yang râjih adalah pendapat mayoritas Ulama karena hadits-hadits yang shahih menunjukkan Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat sajadah dalam shalat dan melakukan sujud tilâwah dalam shalat. Wallâhu a’ Membaca Ayat-ayat Sajdah Dalam Shalat Sirriyah Seperti Shalat Zhuhur dan Shalat Ashar. Pada shalat tersebut, makmum tidak mendengar kalau imam membaca ayat sajadah. Dalam masalah ini para Ulama fikih berbeda pendapat dalam beberapa pendapatPertama Dimakruhkan. Ini merupakan pendapat madzhab Hanafiyah dan satu pendapat dalam madzhab Hanabilah namun dianggap sebagai pendapat madzhab serta pendapat sebagian Ulama madzhab beralasan dengan dua alasan 1. Apabila tidak sujud berarti meninggalkan sunnah dan kalau sujud akan menimbulkan kesalahfahaman pada makmum. Karena bisa jadi mereka menyangka sang imam salah, karena mendahulukan sujud daripada ruku’[8].Alasan ini dibantah dengan menyatakan bahwa meninggalkan amalan sunnah tidak menjadikan membaca ayat sajdah dalam masalah ini dimakruhkan; karena meninggalkan amalan sunnah tidak makruh. Sebab kalau meninggalkan amalan sunnah dihukumi makruh maka kita berpendapat shalat tidak menggunakan sandal hukumnya makruh dan tidak mengangkat tangan dalam takbiratul ihrâm hukumnya makruh serta tidak mengucapkannya secara jahr pada shalat jahriyah adalah makruh[9].2. Apabila sujud berarti menambah jumlah sujud dalam shalat. Alasan ini terbantahkan. Memang benar ada penambahan sujud, namun penambahan seperti itu tidak apa-apa, sebab terbukti Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukannya dalam Dimakruhkan dalam shalat fardhu, namun tidak dimakruhkan pada shalat nâfilah sunnah. Inilah pendapat madzhab Mâlikiyah. Mereka beralasan dengan alasan yang sama dengan pendapat yang pertama dalam shalat fardhu dan mengecualikan shalat nâfilah dengan dasar yaitu sujud itu bersifat sunnah dan shalat nafilah itu juga bersifat sunnah sehingga sujud tersebut tidak menjadi ibadah tambahan dalam shalat nâfilah[10]Ketiga Tidak dimakruhkan secara mutlak. inilah pendapat madzhab Syafi’iyah[11] dan satu pendapat dalam madzhab Hanabilah[12] serta pendapat Ibnu Hazm.[13]Mereka berdalil dengan hadits Umar bin al-Khathab Radhiyallahu anhu yang berbunyiأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَجَدَ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ فَرَأَوْا أَنَّهُ قَرَأَ تَنْزِيلَ السَّجْدَةَSesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sujud dalam shalat Zhuhur kemudian bangkit lalu ruku’ lalu para Shahabat melihat Beliau membaca surat as-sajdah [HR. Abu Dawud dan didhaifkan al-Albani dalam al-Misykah no. 1031].Mereka juga berdalil dengan tidak adanya dalil shahih yang menunjukkan sujud itu yang Rajih Pendapat yang rajih menurut penulis adalah pendapat yang ketiga ini, karena tidak ada dalil shahih yang menunjukkan sujud itu makruh, sementara dasar atau alasan pendapat lain dalam menetapkan hukum makruhnya itu lemah. Karena tugas makmum hanya mengikuti imam. Jadi, jika imam melakukan sujud tilâwah, maka makmum hanya ikut saja dan ikut sujud. Alasannya adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُواSesungguhnya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbirlah. Jika imam sujud, maka bersujudlah. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]Begitu pula apabila seorang makmum tatkala berada jauh dari imam sehingga tidak bisa mendengar bacaannya atau makmum tersebut adalah seorang yang tuli, maka dia harus tetap sujud karena mengikuti inilah yang lebih tepat. Inilah pendapat yang juga dipilih oleh Ibnu Qudâmah[14].Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah merajihkan pendapat yang membolehkannya dengan menyatakan, “Diperbolehkan imam membaca ayat sajdah dalam shalat siriyah dan sujud sebagaimana dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[15].Cara Sujud Tilawah. Tata cara sujud tilawah dapat dijabarkan sebagai berikut 1. Para ulama bersepakat bahwa sujud tilâwah cukup dengan sekali sujud. 2. Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat. 3. Berdasarkan pendapat yang paling kuat, sujud tilâwah tidak disyari’atkan takbîratul ihrâm sebelumnya dan juga tidak disyari’atkan salam Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Sujud tilâwah ketika membaca ayat sajdah tidak disyari’atkan takbîratul ihrâm, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’rûf dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , juga dianut oleh para Ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur.”[16]Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata, “Sunnah Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan tidak adanya takbîr dan salam dalam sujud tilâwah kecuali apabila dalam keadaan shalat[17].4. Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Umumnya pada Ulama memandang pensyariatan takbir dalam sujud tilâwah apabila sujud tersebut dilakukan dalam shalat, tanpa membedakan antara turun sujud dan bangkit dari sujud. Mereka berdalil dengan hadits dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam إِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُ فِي كُلِّ رَفْعٍ وَخَفْضٍSesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertakbir dalam setiap naik dan turun. [HR. Al-Bukhâri 1/191]Imam an-Nawawi menukil salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’iyah yang menyatakan bahwa tidak takbir saat naik dan turun dalam sujud tilâwah dan beliau rahimahullah menghukumi pendapat ini lemah dan menyelisihi yang benar[18].Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Telah shahih bahwa Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit dari sujud, sehingga sujud tilâwah masuk dalam keumuman ini. Adapun yang dilakukan sebagian imam masjid apabila sujud tilâwah dalam shalat, yaitu bertakbir apabila hendak sujud dan tidak bertakbir ketika bangkit dari sujud, maka ini dibangun diatas pemahaman keliru tanpa ilmu; karena ketika melihat sebagia Ulama memilih dalam sujud tilâwah bertakbir apabila hendak sujud dan tidak bertakbir ketika bangkit, menyangka bahwa itu berlaku dalam shalat dan di luar shalat dan tidak demikian yang benar. Yang benar, apabila melakukan sujud tilâwah dalam shalat maka ia bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit sebagaimana telah lalu.[19]5. Mengangkat tangan dalam takbir tersebut. Dalam masalah disyari’atkan angkat tangan atau tidak ketika hendak sujud, para Ulama berselisih dalam dua pendapatPendapat Pertama Tidak disyariatkan mengangkat tangan. Ini pendapat madzhab Hanafiyah[20], madzhab Mâlikiyah[21], madzhab Syâfiiyah[22] dan satu riwayat dari imam Ahmad dan dirajihkan sebagian ulama Hanabilah.[23]Pendapat ini berdalil dengan hadits Abdullah bin Umar c yang berkataأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِSesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya sejajar kedua bahunya apabila memulai shalat dan apabila bertakbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ demikian juga mengangkat kedua tangannya, seraya berkata Sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal Hamdu. Beliau tidak melakukan hal itu dalam sujud. [HR al-Bukhari dijelaskan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengangkat tangannya dalam sujud dan sujud tilâwah termasuk sujud yang pernah Beliau lakukan dalam ini didukung dengan qiyâs analogi kepada sujud dalam shalat yang tanpa mengangkat kedua tangannya[24].Pendapat Kedua Disunnahkan mengangkat tangan. Inilah satu riwayat dari imam Ahmad dan menjadi pendapat madzhabnya[25]. Pendapat ini berdalil dengan hadits Wa’il bin Hujur Radhiyallahu anhu أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَ يُكَبِّرُ إِذَا خَفَضَ، وَإِذَا رَفَعَ، وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ عِنْدَ التَّكْبِيرِ، وَيُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِBeliau shalat bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika bertakbi dan salam kekanan dan kekiri.” [HR. Ahmad dalam Musnad 4/316, Ad Darimi dalam sunannya 1/285, ath Thayâlisiy dalam Musnadnya no. 1805. dan dinilai Hasan oleh al-Albani dalam al-Irwâ no. 641]Kemudian Imam Ahmad mengomentarinya dengan menyatakan Ini sujud tilawah masuk dalam ini semua[26].Pendapat yang rajih Pendapat pertama tampak lebih kuat karena qiyâs yang mereka sampaikan shahih. Sedangkan hadits Wail bin Hujur Radhiyallahu anhu tidaklah menunjukkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sujud dengan mengangkat tangannya dalam takbir sujud. Apalagi adanya riwayat ibnu Umar Radhiyallahu anhu yang jelas meniadakan angkat tangan dalam Umumnya Ulama mensunahkan membaca dalam sujud tilâwah bacaan yang sudah ada dari Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam, diantaranya A. Bacaan tasbih dan doa yang ada dalam sujud shalat seperti Membacaسُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَىMaha Suci Allâh Yang Maha Tinggi,Seperti yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Radhiyallahu anhu , beliau menceritakan tata cara shalat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan ketika sujud Beliau Shallallahu alaihi wa sallam membacaسُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَىMaha Suci Allah Yang Maha Tinggi [HR. Muslim no. 772].Juga karena hadits Uqbah bin Amir al-Juhani Radhiyallahu anhu yang berkataفَلَمَّا نَزَلَتْ {سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى} [الأعلى 1] قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - “اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ”Ketika turun firman Allâh surat al-A’la ayat ke-1 maka Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada kami Jadikanlah ini dalam sujud-sujud kalian. [HR Ibnu Mâjah dalam sunannya no 887. Hadits ini dilemahkan al-Albani dalam Dhaif Sunan Ibnu Mâjah dan di hasankan oleh Syu’aib al-Arnauth dalam ta’liqnya terhadap Sunan Ibnu Mâjah].Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan Hadits ini mencakup sujud dalam shalat dan sujud tilâwah Syarhu mumti’ .Membacaسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِىMaha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah Ibnu Utsaimin rahimahullah memberikan alasan dengan dua dalil Pertama Firman Allâh Azza wa Jalla اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. [as-Sajdah/32 15].Kedua Hadits Aisyah Radhiyallahu anha , beliau berkata, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca do’a ketika ruku’ dan sujudسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيMaha Suci Engkau, Ya Allâh, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku [HR. Al-Bukhâri no. 817 dan Muslim no. 484 Syarhu Mumti’].B. Bacaan yang diriwayatkan oleh ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anha bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca dalam sujud sajdahnya beberapa kali سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allâh Sebaik-baik Pencipta. [HR. Abu Dawud no. 1414 dan shahihkan al-Albani rahimahullah]C. Bacaan yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu anhu , beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika sujud membaca اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُوَرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَYa Allâh! Kepada-Mu aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allâh Sebaik-baik Pencipta. [HR. Muslim no. 771]D. Bacaan yang diriwayatkan Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma. Beliau berkata, “Ada seseorang yang mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , lalu ia berkata, “Wahai Rasûlullâh! Aku bermimpi shalat di belakang sebuah pohon. Tatkala aku bersujud, pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkanاللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ، Ya Allah! Tetapkanlah pahala untukku disisi-Mu dengan bacaan ini dan gugurkanlah dosa-dosaku! Jadikanlah dia sebagai tabunganku dan terimalah dia sebagaimana Engkau menerimanya dari hamba-Mu DaudIbnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat sajdah kemudian sujud. Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu pun berkata Lalu aku mendengar beliau membaca seperti yang orang tersebut sampaikan dari perkataan pohon itu. [HR. Tirmidzi no. 576 dan dihasankan al-Albani].Demikian beberapa masalah berkenaan dengan sujud tilawah dalam sholat. Semoga dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Lihat Fathul Qadîr 2/14 [2] Lihat al-Majmû 4/58 [3] Lihat al-Mughni 2/371 [4] Lihat al-Muhalla 5/157 [5] Lihat al-Muntaqâ 1/350 [6] Lihat Hasyiyah ad-Dûsuqi, 1/310 [7] Llihat al-Muntaqa 1/350 [8] Lihat al-Muntaqa, 1/350 dan al-Mughni, 2/371 [9] Lihat asy-Syarhu al-Mumti’ 4/148 [10] Lihat Hasyiyah ad-Dasuqi 1/310 [11] Lihat al-Majmû 2/95 [12] Lihat al-Mughni 2/371 [13] Lihat al-Muhalla 5/157 [14] Lihat al-Mughni, 3/104 [15] Syarhu Mumti’ 4/103 [16] Majmû’ al-Fatâwa, 23/165 [17] Syarhu Mumti’ 4/100 [18] Lihat al-Majmu’ 4/63 [19] Syarhu Mumti’ 4/100 [20] Lihat al-Banâyah 2/734 [21] Lihat asy-Syarhul ash-Shaghîr 1/569 [22] Lihat Mughnil Muhtâj 1/217 [23] Lihat al-Mughni 2/361 [24] Lihat Mughnil Muhtâj 1/217 [25] Lihat al-Mughni 2/361 [26] Lihat al-Mughni 2/361 Home /A9. Fiqih Ibadah3 Shalat/Beberapa Hukum Seputar Sujud...
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut disebut dengan ayat sajdah. Di dalam mushaf Al-Qur’an ayat-ayat sajdah ini biasanya bisa diketahui dengan adanya tanda tertentu seperti tulisan kata as-sajdah dengan tulisan Arab di pinggir halaman sebaris dengan ayatnya, atau adanya gambar seperti kubah kecil di akhir ayat. Ketika ayat sajdah dibaca orang yang membaca atau yang mendengarnya disunahkan untuk bersujud satu kali baik dalam keadaan shalat maupun di luar sujud tilawah ketika membaca atau mendengar ayat sajdah didasarkan pada beberapa hadits di antaranyaHadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam bersabdaإِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ , اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي , يَقُولُ يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِيَ النَّارُArtinya “Ketika anak adam membaca ayat As-Sajdah kemudian ia bersujud maka setan menyendiri dan menangis. Ia berkata, “celaka, anak adam diperintah untuk bersujud dan ia pun bersujud maka baginya surga. Dan aku telah diperintah untuk bersujud namun aku menolak maka bagiku neraka.”Hadis riwayat Imam Abu Dawud dari Ibnu Umarكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ، فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ، وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُArtinya “Adalah nabi membacakan Al-Qur’an kepada kita, maka ketika melewati ayat As-Sajdah beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun bersujud bersamanya.”Tata Cara Sujud TilawahDi luar shalat ketika seseorang membaca atau mendengar ayat sajdah dan ia berkehendak untuk melakukan sujud tilawah maka yang mesti ia lakukan adalah memastikan dirinya tidak berhadats dan tidak bernajis dengan cara berwudlu dan mensucikan najis yang ada. Setelah itu menghadapkan diri ke arah kiblat untuk kemudian bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan. Setelah berhenti sejenak lalu bertakbir lagi untuk turun bersujud tanpa mengangkat kedua tangan. Setelah sujud satu kali lalu bangun untuk kemudian duduk sejenak tanpa membaca tahiyat dan mengakhirinya dengan membaca salam.Baca juga Ini Perbedaan Hadats dan NajisApakah harus berdiri sebelum melakukan sujud tilawah? Para ulama Syafi’iyah berbeda pendapat dalam hal ini. Syekh Abu Muhammad, Qadli Husain dan lainnya lebih menyukai sujud tilawah dilakukan dengan cara dimulai dari berdiri dan berniat lebih dahulu. Namun pendapat ini diingkari oleh Imam Haramain dengan mengatakan, “Saya tidak melihat untuk masalah ini adanya penuturan dan dasar.” Apa yang menjadi pendapat Imam Haromain ini dipandang oleh Imam Nawawi sebagai pendapat yang lebih benar dan karenanya yang dipilih adalah tidak berdiri untuk sujud tilawah lihat Yahya bin Syaraf Al-Nawawi, Raudlatut Thâlibîn wa Umdatul Muftîn, Beirut Al-Maktab Al-Islamy, 1991, jil. I, hal. 321 – 322.Sedangkan melakukan sujud tilawah dalam keadaan sedang shalat dengan cara setelah dibacanya ayat sajdah maka bertakbir tanpa mengangkat tangan untuk kemudian turun bersujud satu kali. Setelah itu bangun dari sujud untuk berdiri lagi dan melanjutkan shalatnya. Bila ayat sajdah yang tadi dibaca berada di tengah surat maka ia kembali melanjutkan bacaan suratnya hingga selesai dan ruku’. Namun bila ayat sajdah yang tadi dibaca berada di akhir surat maka setelah bangun dari sujud tilawah ia sejenak berdiri atau lebih disukai membaca sedikit ayat lalu diteruskan dengan ruku’ dan diketahui, Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya al-Fiqhul Manhaji memberikan peringatan bahwa takbiratul ihram dan membaca salam merupakan syarat sujud tilawah. Syarat yang lainnya adalah sebagaimana syarat shalat pada umumnya seperti menghadap kiblat, suci dari hadas dan najis, dan sebagainya lihat Musthafa Al-Khin, al-Fiqhul Manhaji [Damaskus Darul Qalam, 2013], jil. I, hal. 175 – 176.Adapun bacaan yang sunah dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana disebutkan Imam Nawawi dalam kitab Raudlatut Thâlibîn adalahسَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ“Sajada wajhiya lil ladzî khalaqahû wa shawwarahû wa syaqqa sam’ahû wa basharahû bi haulihî wa quwwatihî.”Juga disunahkan membaca do’aاللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا، وَاقْبَلْهَا مِنِّي، كَمَا قَبِلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ “Allâhummaktub lî bihâ indaka ajraa, waj’alhâ lî indaka dzukhran, wa dla’ annî bihâ wizran, waqbalhâ minnî kamâ qabiltahâ min abdika dâwuda alaihissalâm.”Namun demikian—masih menurut Imam Nawawi—bila yang dibaca adalah do’a yang biasa dibaca saat sujud di waktu shalat maka diperbolehkan. Wallahu a’lam. Yazid Muttaqin
Sebagaimana diketahui bahwa takbiratul ihram adalah ucapan pertama yang dilakukan oleh orang yang melakukan shalat. Takbiratul ihram merupakan rukun qauli rukun yang berupa ucapan yang dengannya seseorang telah masuk dalam rangkaian ibadah shalat dan diharamkan melakukan apa pun yang bisa membatalkannya. Itulah sebabnya takbir yang diucapkan paling awal ini disebut takbiratul ihram, yang berarti takbir yang melarang orang yang shalat melakukan apa pun selain gerakan dan ucapan shalat.Baca juga Inilah Rukun-rukun dalam ShalatHal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Abu Dawud dan lainnyaمِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُArtinya “Kuncinya shalat adalah suci, tahrimnya yang mengharamkan melakukan apa pun adalah takbir, dan tahlilnya yang menghalalkan melakukan apa pun adalah salam.”Sebagai bagian dari ibadah tentunya pelaksanaan takbiratul ihram tidak asal diucapkan. Ada aturan-aturan tertentu yang mesti dipatuhi oleh orang yang hendak melakukan shalat, baik shalat fardlu maupun sunah. Kesalahan dalam pelaksanaan takbiratul ihram menjadikan takbiratul ihramnya rusak dan berakibat pada tidak sahnya shalat yang Musthafa Al-Khin—sebagai salah satu ulama madzhab Syafi’iyah—menuturkan tata cara takbiratul ihram dalam kitabnya Al-Fiqhul Manhajî. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa takbiratul ihram haruslah dengan kalimat اللهُ أَكْبَرُ“Allâhu Akbar”Dalam pelaksanaannya pengucapan kalimat tersebut harus memenuhi beberapa syarat yakni1. Pada saat mengucapkannya orang yang hendak shalat harus sudah dalam posisi berdiri. Bila pengucapannya dilakukan di tengah-tengah proses hendak berdiri maka tidak sah Pada saat mengucapkannya orang yang hendak shalat sudah pada posisi menghadap kiblat. 3. Dengan menggunakan bahasa Arab. Namun bagi orang yang tidak bisa mengucapkannya dengan bahasa Arab dan tidak memungkin untuk mempelajari pada saat itu maka diperbolehkan baginya untuk bertakbiratul ihram dengan menggunakan bahasa lain dengan mengucapkan makna dari kalimat Allahu Akbar. Setelah itu ia berkewajiban untuk mempelajari takbiratul ihram dengan bahasa Pengucapan kalimat Allahu Akbar setiap hurufnya harus bisa didengar oleh minimal dirinya sendiri dengan catatan kondisi pendengarannya dalam keadaan sehat. Seandainya yang terdengar hanya kalimat Allahu saja dan tak terdengar kalimat Akbar-nya—meskipun kedua bibirnya bergerak mengucapkannya—maka takbir tersebut tidak Pengucapan takbiratul ihram tersebut dibarengi dengan hati yang membisikkan niat shalat lihat Musthafa Al-Khin, dkk, Al-Fiqhul Manhajî, [Damaskus Darul Qalam, 1992], jil. 1, hal. 130 – 131.Baca juga Penjelasan tentang Takbir Intiqal dalam ShalatSementara itu Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami dalam kitabnya Safînatun Najâ lebih detil menyebutkan setidaknya ada 16 enam belas syarat takbiratul ihram yang harus dipenuhi saat orang mau melakukan shalat. Syarat-syarat tersebut adalah1. Dilakukan pada posisi berdiri pada shalat fardlu2. Dengan menggunakan bahasa Arab3. Dengan lafdhul jalâlah kata Allah4. Dengan kata akbar5. Berurutan antara dua kata Allah dan akbar6. Tidak memanjangkan huruf hamzahnya kata Allah, sehingga terbaca Âllahu7. Tidak memanjangkan huruf ba-nya kata akbar, sehingga terbaca akbaar8. Tidak mentasydid huruf ba-nya kata akbar, sehingga terbaca akbbar9. Tidak menambah huruf waw yang mati atau berharakat di antara dua kata tersebut, sehingga menjadi Allâhu wakbar10. Tidak menambah huruf waw sebelum lafdhul jalâlah kata Allah, sehingga terbaca Wallâhu Akbar11. Tidak berhenti di antara dua kata takbir, baik berhenti dalam waktu yang lama maupun singkat12. Semua hurufnya dapat didengar oleh diri sendiri13. Telah masuk waktu shalat bagi shalat yang ditentukan waktunya. Bila takbiratul ihram diucapkan sebelum waktu shalat benar-benar masuk maka batal shalatnya karena ada bagian dari shalat itu yang terlaksana sebelum Dilakukan pada posisi sudah menghadap kiblat15. Tidak merusak salah satu hurufnya16. Takbiratul ihramnya makmum harus lebih akhir dari takbiratul ihramnya imam lihat Salim bin Sumair Al-Hadlrami, Safînatun Najâ [Beirut Darul Minhaj, 2009], hal. 34. Bila makmum mengucapkan takbiratul ihram lebih cepat atau berbarengan dengan takbiratul ihramnya imam maka batal cara bertakbiratul ihram dengan berbagai syaratnya ini mesti diperhatikan betul karena ketidakabsahannya berakibat pula pada ketidakabsahan shalat yang dilakukan. Wallâhu alam. Yazid Muttaqin
takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk